The Legend Of Gunung Putri In Bondowoso


Berawal dari sebuah kisah anak manusia berparas cantik bermata sendu berjuluk Dewi Putri dengan seorang kesatria muda nan gagah bernama Damar Sasongko. Dimana, keduanya merupakan sepasang kekasih yang sedang dilanda asmara.

Siang dan malam sepanjang waktu kedua insan tersebut bagai tiada hari tanpa saling bertemu. Hingga pada suatu ketika, puncak saling percaya akan bersatupun di ikrarkan. Namun, saat menjelang pelaksanaan ikrar, datanglah penggangu sosok Raja Raung bersama dengan punggawa - punggawanya yang berwujud Harimau.

Dalam sebuah cerita, Raja Raung langsung jatuh hati pada sosok Dewi Putri dan ingin menyunting menjadi istrinya. Namun, Sang Dewi enggan menerima Cinta Raja Raung karena dirinya telah bersumpah setia pada kekasihnya Damar Sasongko.

Akibat penolakan cinta tersebut, Raja Raung yang terkenal sakti mandraguna itu murka, hingga menantang kekasih Pujannya Damar Sasongko untuk bertarung.

Damar sasongko yang tak ingin kehilangan kekasinya, mati-matian bertarung melawan Raja Raung. Akan tetapi, walau telah mengeluarkan seluruh kesaktiannya, Damar Sasongko tidak dapat mengalahkan Raja Raung dan pada akhir pertarungan, dengan ajian Gelap Sayuta raja Raung berhasil melempar jauh Damar sasongko hingga bak ditelan bumi.

Melihat kekasihnya kalah, Dewi Putri lari menjauh dari Raja Raung bersama segenap dayangnya.

Mengetahui Dewi Putri Raib usai Raja Raung bertarung melawan Damar Sasongko, Raja sakti itupun semakin murka hingga dengan ilmu yang tinggi, Raja Raung mengutuk Dewi Putri dengan Kutukan yang berbunyi "Dewi Putri Tidak akan menikah dengan siapapun seumur hidupnya". Karena saat mengikrarkan kutukan tersebut Dewi Putri tidak terlihat oleh Raja Raung, efek dari kutukan itu berjalan perlahan menimpa pada Sang Dewi.

Sadar kutukan Raja yang murka akan terjadi, Dewi Putripun berinisiatif mencari sosok linuwih yang sanggup menangkal kutukan raja raung. Hingga pada suatu hari, bertemulah Dewi Putri dengan seorang pertapa bernama Ki. Sedeng. Dalam petunjuknya, Ki.Sedeng menyarankan Sang Dewi untuk bertapa di sebuah Pelinggihan yang terletak didusun Ampelan. Dalam pertapaanya, Sang Dewi ditugaskan untuk dapat menggeser sebuah batu lingga dari tempatnya semula. Konon saat batu itu dapat digesernya, Ki.Sedeng percaya kutukan Raja Raungpun akan luntur dengan sendirinya. Akan tetapi, menurut Ki. Sedeng hingga saat itu tidak ada satu orangpun yang berhasil memindah batu tersebut.

Tak berselang lama Dewi Putripun bertapa mengikuti petunjunk Ki. Sedeng. Raja Raung yang mendengar keberadaan sang Dewi, datang mengganggu guna menggagalkan ritual pertapaan tersebut. Gangguan demi gangguan yang dilancarkan Raja Raung nampak tidak berhasil menggoyahkan sang Dewi dari meditasinya.

Mengetahui hal tersebut, Raja Raung bersama segenap punggawanya, mengumpulkan dan menyatukan kesaktian guna mengutuk Dewi Putri untuk dapat tidur selamanya.

Wal khasil kutukan yang kedua kalinya ini benar-benar fatal dan terjadi menimpa sang Dewi Putri.

Akibat dari kutukan tersebut, selain membuat Dewi Putri tertidur dan menjadi batu juga membuat bencana yang maha dahsyat di negeri tersebut. Gempa bumi, banjir bandang, puting beliung dan sejenisnya, membuat porak porandanya sebuah negeri.

Takut akan efek kutukan tersebut semakin menyengsarakan penduduk Ki. Sedeng yang melihat bencana itu, keluar dari padepokannya untuk melawan Raja Raung dengan sebuah pertarungan sengit.

Singkat cerita, Raja Raung berhasil dikalahkan oleh Ki Sedeng dan bencana yang menimpa negri itupun dapat perlahan mereda.

Walau demikian, sang Dewi Putri hanya dapat pasrah menerima garis menjadi batu, yang lama kelamaan batu tersebut perlahan membesar menjadi sebuah gunung.

Hingga saat ini, gunung yang memiliki keindahan flora dan faunanya tersebut dikenal oleh penduduk sekitar dengan nama "Gunung Putri".

Gunung yang sekilas menyerupai seorang wanita yang sedang tidur terlentang itu, kini berada di Desa Taman Krocok Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur.

Selain menawarkan wisata alam nan indah, penduduk sekitar lereng gunung Putri juga banyak percaya akan adanya sebuah mitos bahwa, barang siapa yang datang ke gunung tersebut dan menjumpai tanaman putri malu lalu beramal pada yang membutuhkan niscaya, akan terkabul 1 hajatnya.

Terlepas itu semua, sebagai ummat beragama hendaknyalah kita pasrahkan segalanya pada sang pencipta, tentu hal tersebut setelah kita ber ikhtiar.

Cops Sumber: Dinas Kebudayaan Bondowoso, TMII, Seniman CS
Editor tulisan: Hadats

Buka juga video terkait dibawah:

Comments

Popular posts from this blog

Sejarah Nyai Saritem Hingga Hadiah PSK Untuk Belanda

Mengenal Suri Indonesia di Kota Kembang Bandung

HMI Komisariat FKIP Unsyiah Adakan Diksi Untuk Generasi Milenial