Pabrik Vs Cagar Budaya Bondowoso, Diperkirakan Terus Memanas


Polemik perluasan pabrik triplek PT Indah Karya Plywood (IKP), di kawasan Megalitikum Dusun Jaringan, Desa Pekauman, Kecamatan Grujugan, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur diperkirakan terus memanas.

Hal ini disebabkan, pemilik tanah yang tanahnya dijual kepada pihak PT. IKP menolak keras komitmen pemerintah daerah Kabupaten Bondowoso, untuk memberhentikan perluasan pabrik tersebut.


Sebelumnya puluhan organisasi mengadakan unjuk rasa dan mengecam ijin-tidak-jelas-pabrik-vs-cagar-budaya, di depan Pemkab Bondowoso.


Hasil dari adanya gerakan tersebut, mendapatkan respon positif dari pemerintah untuk pertahankan-cagar-budaya-bondowoso.

Namun setelah beberapa hari dari keputusan tersebut, muncul gerakan baru dari beberapa oknum yang menolak keputusan pemerintah dan mendukung perluasan Pabrik.

Dikatakan KH Ali Rohbini tokoh masyarakat Pekauman, banyak warga Desa Pekauman yang datang pada dirinya, menanyakan tentang diberhentikannya perluasan pabrik.

Menurutnya, dengan perluasan pabrik itu, masyarakat jauh lebih bahagia, karena akan ada lapangan pekerjaan baru.

“Masyarakat memang paham dengan adanya cagar budaya. Menurut masyarakat sini yang lebih menguntungkan perusahaan, karena bisa bekerja. Kalau cagar budaya saja tidak bisa bekerja,” ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Bustanul Ulum Pekauman itu.

Meski demikian, masyarakat tetap meminta agar peninggalan nenek moyang itu tidak dimusnahkan. Yakni harus tetap dirawat dan dilestarikan.

“Tapi yang jelas, dengan adanya perusahaan ini. Masyarakat sangat mendukung dan sangat bangga. Dan menolak keras apa yang dikatakan pemerintah, jika pabrik ditutup,” paparnya.

Sementara itu, Imam Romli (42) salah seorang pemilik tanah bahwa penolakan tersebut bukan tanpa alasan. Karena uang yang sudah diterima pemilik tanah dari PT. IKP sudah dibayar penuh.

“Kalau pemerintah bersikeras mau menutup perluasan pabrik ini misalnya. Sekarang uang yang diterimakan dari perusahaan kepada kami, ini solusinya seperti apa. Kalau perusahaan minta balik kepada kami, siapa yang mau bertanggung jawab,” paparnya.

Apalagi, jelas dia, banyak lahan warga yang dijual harganya di atas Rp 1 miliar. Bahkan ada yang harganya Rp 1,9 miliar.

http://dharmapost.com/p/blog-page.html

Lanjutnya, antara pemilik tanah dan PT IKP sudah ada kesepakatan untuk memprioritaskan Warga Desa Pekauman menjadi karyawan. Kendatinya, yang membuat pemilik tanah, rela menjual tanahnya.

“Saya sebagai pemilik tanah, meminta kepada pemerintah daerah, agar pembangunan pabrik tidak digagalkan. Ini kita lebih mengedepankan hajat orang banyak,” katanya.

Makanya lahan itu dijual, dengan asumsi kalau dikelola hanya bisa mempekerjakan 15 orang. Tapi kalau jadi perusahaan bisa mempekerjakan 100 orang.

“Saya secara pribadi menolak keras. Dengan alasan komitmen seperti tadi,” jelas pria yang juga mengaku sebagai relawan Sabar (Salwa Arifin – Irwan Bachtiar) pada Pilkada 2018 kemarin.

Sementara mengenau cagar budaya, kata dia, di Pekauman sudah disiapkan museum. Kalaupun lahan yang dijual ada benda megalitikum, maka bisa diamankan sekaligus dilestarikan.

“Kalau pemerintah memang mau mengmbangkan situs. Kenapa kok ndak mulai kemarin.Bahkan di-SK gubernur. Kenapa kok ndak dibangun sekalian dari dulu, fasilitasnya dilengkapi sehingga perekonomian masyarakat terangkat,” pungkas pria yang kemarin nyaleg dari PDIP tersebut.

Menanggapi hal tersebut, M. Sukron, salah satu aktivis juga anggota grup WhatsApp (Bondowoso Tempoe Doeloe) mengatakan,  "Kurangnya kesadaran masyarakat, dimana lahan yang sudah terjual disitu, pasti ada hitam di atas putih. Jadi, tidak mungkin juga pihak pabrik menarik kembali apa yang sudah terbayarkan. Menurut saya, Ini urusan Pemkab dan pihak pabrik, kenapa masyarakat ikut ikutan?" ketusnya.


Masih M. Sukron, "Pertanyaannya adalah apakah dengan iming-iming loker seperti itu, masyarakat sudah terdoktrin ?, padahal sama sekali tidak ada retribusi terhadap desa dan warganya. Bahkan sang pengasuh pesantren yang di segani seharusnya netral demi kelanjutan pesantrennya kedepan, jangan malah ikut-ikutan" tutupnya tampak kecewa. (dats)

Comments

Popular posts from this blog

Sejarah Nyai Saritem Hingga Hadiah PSK Untuk Belanda

Mengenal Suri Indonesia di Kota Kembang Bandung

HMI Komisariat FKIP Unsyiah Adakan Diksi Untuk Generasi Milenial